Saya ingin menceritakan pengalaman saya dengan seorang wanita, panggil saja namanya Budhe Asih, umurnya kira-kira
53 tahun, seorang wanita paruh baya yang berasal dari sebuah desa di
Jawa Tengah.
Meski sudah mempunyai cucu, Budhe Asih ini memang benar-benar masih membangkitkan gairah birahiku.
Budhe Asih berprofesi sebagai
seorang pembantu rumah tangga pada sebuah keluarga orang asing di Jakarta,
sedangkan aku seorang pekerja swasta di Jakarta yang tinggal di tempat kos. Aku
menyukai wanita paruh baya memang sejak lama.
Jika dorongan nafsuku sudah tak
terbendung aku pergi ke kafe-kafe sekedar mencari wanita yang sesuai dengan
seleraku untuk kujadikan pelampiasan.
Selain itu, aku lebih suka
menyendiri cari tempat kos, karena aku punya kebiasaan “aneh”. Aku tidak bisa
tidur kalau belum onani.
Itulah sebabnya di laptopku ada koleksi
ratusan gambar bugil wanita paruh baya yang kujadikan sebagai obyek fantasiku
saat beronani.
Kadang aku suka nginap di Hotel L di
kawasan Taman Sari. Kalau nafsuku sudah di ubun-ubun aku ke sana dan minta
tolong pegawai hotel untuk mencarikan perempuan.
Aku pernah ditawari temen tidur oleh
pegawai hotel itu. Pertama aku dikasih foto wanita bugil yang muda-muda dan
cantik, tapi langsung kutolak.
“Mas, seleraku bukan ini. Aku suka
yang STW- STW gitu. Fotonya ada nggak?!” tanyaku.
“Ada, Bang. Tapi saya telepon temen saya
dulu ya”, kata si pegawai.
Memang benar. Tak lama setelah itu
aku dikasih koleksi foto-foto PSK yang termasuk kategori STW. Tapi malam itu
aku tak berselera sama foto-foto yang ditunjukkan karena kurus- kurus.
“Bang, mau nggak sama ibu ibu tukang
pijat? Orangnya agak gemuk, bang”, si pegawai hotel menawarkan solusi.
“Mana?” pintaku
“Ada, Bang. Tunggu ya”. kata si pegawai hotel
Sekitar setengah jam pintu kamarku
diketuk. Begitu kubuka, gairahku langsung naik begitu kulihat body emak tukang
pijat yang agak gendut, pas dengan seleraku.
Namanya Bu Romlah. Ia memakai kebaya
khas Madura. Akhirnya malam itu aku menyetubuhi Bu Romlah, sang pemijat,
sampai 2 kali aku puas
dibuatnya.
Badanku terasa segar kembali karena
habis dipijat plus plus sama Bu Romlah.
Paginya aku check out untuk pulang
ke tempat kos. Inilah adalah awal mula aku kenal Budhe Asih. Waktu itu masih
pagi-pagi sekali aku sudah berada di halte busway dekat Olimo. Di situ ada
seorang wanita paruh baya yang sama- sama menunggu busway. Rupanya dia mau
menelepon majikannya, tapi pulsanya habis. Dengan sopan kutawari dia HP-ku
untuk dipakainya.
Tampaknya majikannya minta agar dia
cepat-cepat pulang. Untungnya dia punya tujuan yang sama denganku, yaitu ke
daerah Blok S. Akhirnya aku ambil inisiatif naik taksi agar cepat sampai. Di
dalam taksi sekilas kulirik dia. Hmm, ibu-ibu ini montok juga, pikirku.
Dia sebutkan namanya, Asih. Aku juga
di beri no HP-nya. Budhe Asih turun di sekitar jalan Senopati yang aku tahu
sebagai pemukiman orang-orang kaya, sementara aku melanjutkan ke tempat kosku.
Karena semalaman “bertarung habis- habisan” dengan Bu Romlah, sampai kos aku
langsung tidur lagi.
Malamnya kutelepon Budhe Asih. Aku
janjian sama dia untuk ketemuan hari Minggu karena sama majikannya dia dikasih
libur bebas setiap hari Minggu. Hari Minggu kemudian aku ketemuan sama Budhe Asih
di Blok M.
Mula-mula kutraktir dia makan-makan.
Saat itu sebenarnya otakku udah mulai kotor. Aku berpikir keras bagaimana
caranya bisa meniduri wanita paruh baya yang montok ini. Kutawari dia main ke
tempat kosku yang suasananya individual banget. Bebas karena yang punya kos
tidak tinggal di situ.
“Bu, bagaimana kalau istirahat di
kosan saya?”, aku mulai melancarkan aksiku.
“Ahh, mas ini ada ada saja. Apa kata
tetangga mas nanti? Masa bawa nenek-nenek kayak saya?”.
Dalam hati aku bersorak, “Ah,
kayaknya bisa niihh”.
Setelah membujuknya beberapa kali,
akhirnya mau juga Budhe Asih kuajak ke kosku. Sampai di kos otakku makin
ngeres. Tapi aku masih berusaha menahan diri dengan mengajaknya ngobrol-ngobrol
ringan.
Dari ceritanya, rupanya Budhe Asih
ditinggal suaminya.
“Wahhh … jadi niih”, aku bersorak
dalam hatiku.
Kemudian sambil ngobrol aku sengaja
nyalain laptop dan ku-setting screen savernya dengan foto STW-STW bugil. Otakku
makin ngeres saja.
Untuk memancing nafsu Budhe Asih
kubuka akun facebookku yang isinya full dengan foto-foto bugil wanita wanita
paruh baya seleraku.
“Ah, mas ini aneh,,kok gambarnya
orang-orang tuwek (tua) semua?!”, kata Budhe Asih dengan logat Jawanya.
Dia yang saat itu memakai baju
setelan blus terusan dengan rok selutut dipadu dengan celana sejenis stocking
ketat warna hitam, membuat bokongnya tampak benar-benar semok dan besar.
Aku makin terangsang jadinya.
Kemudian aku teringat kalau aku masih menyimpan sebungkus jamu stamina
pendongkrak birahi. Aku pura-pura ke belakang, lalu cepat-cepat
kuminum jamu itu. Sambil menunggu jamunya bereaksi aku meminimize facebookku.
“Mas nggak punya kaset film apa?”,
tanya Budhe Asih.
“Nggak ada, Budhe. Adanya film aneh.
Emang budhe mau liat?”.
“Aneh gimana, mas?”
Aku memang cuma punya DVD porno
STW-STW.
“Oh ya, Budhe anggap aja rumah
sendiri. Mau kubikinkan minum, Budhe?”.
“Nggak usah, mas. Nanti tak bikin
sendiri aja”.
Beberapa menit kemudian jamu yang
kuminum mulai bereaksi. “Senjataku” perlahan- lahan mulai ereksi, apalagi
melihat pantat Budhe Asih yang begitu menggairahkan saat ia nungging hendak
mengambil gelas.
Dalam balutan birahi otak ngeresku
berkata, “Awas kamu, Budhe. Bokongmu pasti kujilati nanti”.
“Kok sepi, mas? Nanti kita dikira
macam macam lagi”, kata Budhe dengan nada khawatir.
“Ah, emang kenapa, Budhe? Kalau
macam- macamnya sama ibu-ibu bahenol kayak Budhe gini siapa yang nggak suka?”,
aku mulai melancarkan rayuan maut.
“Mas ini ada-ada
aja”, kata Budhe Asih sambil duduk di sebelah TV dengan kaki
bersimpuh menyamping. Di mataku nammpak makin sexy aja Budhe ini. Akhirnya aku
mulai memasang perangkap untuk bisa membuat Budhe Asih terangsang.
Aku sengaja memutar film porno
dengan adegan eorang nenek-nenek Thailand yang agak gembrot bersetubuh dengan
laki laki yang pantasnya jadi anakny
“Aah, mas ini nakal yaa … Awas kalau
macem- macemin Budhe”.
Dengan Budhe berkata begitu justru
membuat aku makin gelap mata. Kudekati Budhe, lalu kupegang pundaknya.
“Jangan, mas. Nanti di liat orang”,
Budhe Asih sedikit beringsut menghindariku.
“Di sini nggak ada orang, Budhe”,
aku makin nekat menempel tubuh Budhe Asih dengan nafas memburu karena dilanda
nafsu.
“Aku nggak kuat, Budhe …”.
“Jangan, mas. Budhe udah nenek-
nenek lho ...”.
Saat itu adegan di film porno sedang
mempertontonkan si nenek mengangkang lebar, sementara si laki-laki dengan rakusnya
menjilati “milik” si nenek.
Pas Budhe mau kucium tiba-tiba
terdengar suara pagar dibuka. Budhe kaget dan lari ke arah kamar mandi.
“Ssssttt …”, kukasih isyarat pada
Budhe untuk diam.
Pelan-pelan kuintip dari korden.
Rupanya tetangga kamar kosku sedang membawa masuk seorang tante-tante gembrot
yang juga sudah agak tua.
“Ooh, ternyata yang suka wanita tua
bukan aku aja”, pikirku.
Aku yakin temanku pasti mau
“begituan” juga sama tante-tante itu. Budhe Asih kukasih kode untuk mendekat ke
jendela.
“Tuuh liat, Budhe. Temanku aja suka
sama tante-tante”.
“Tapi, mas …”, belum lagi Budhe Asih
selesai bicara kudorong tubuhnya ke tempat tidur lalu kugumuli dia. Jamu yang
kuminum benar-benar sudah bereaksi. “Senjataku” sudah sangat tegak berdiri.
Sambil melepas baju kuciumi Budhe Asih
dengan penuh nafsu. Begitu aku sudah bugil, ganti baju Budhe Asih kutanggalkan
satu persatu. Dia hanya pasrah ketika tubuhnya benar-benar bugil.
Semok banget nenek-nenek ini, kataku
dalam hati. Payudaranya sudah melorot dan melebar, tapi berisi. Perutnya
berlipat lemak agak buncit khas wanita paruh baya. Budhe Asih rupanya sudah
mulai terangsang. Ia memberiku isyarat agar aku segera menyetubuhinya.
Tak kugubris permintaanya. Kuangkat
paha Budhe Asih, lalu kuterkam “miliknya” dengan lidahku. Aromanya khas banget.
“Mass, jangan, … jijik masss …”,
desah Budhe Asih Aku malah makin
rakus menjilati “miliknya” yang telah basah berlendir dan licin. Rasanya agak
asin. Kupuas-puasi mulut dan lidahku menjelajahi rongga kemaluannya.
Sesekali kugigit-gigit dengan gemas
“kacangnya” hitam kemerahan, sesekali kutarik dengan bibirku.
“Ennnaaak, masss … Oohhh”, Budhe
Asih menggelinjang dan mengerang.
Pinggulnya bergoyang-goyang mengimbangi
pagutanku di “miliknya”.
“Massssssss, … akkkhhhhhhhhh
ennnnnnnnnaggggggggghhhh, mmmmmmmaassssshhhhhh ... Budhe mau kencing,
masssshhhh … okkkhhh …”, erangan Budhe Asih makin menjadi-jadi seperti orang
kesurupan.
Aku tahu dia mau orgasme.
“Masssss, nggak kuat, masss, syyyyyyuhhhhhh,,,,
ppyyyyyhhhhhh rrrrrrhhhhh syyyyyrrrr
…”, terasa makin basah “milik” nenek-nenek ini.
“Okkkhhhhhhhhhkkkhhhhhhhhhhhh,…okkkkhhhhhhhhhhhh,
enak banget, masss …”,
“Budhe curang. Aku ‘kan belum
keluar, Budhe”, aku merajuk.
“Senjataku” sedikit mengendur
setengah tegang.
“Ntar ah, Budhe mau pipis. Mas ini
nakal, masa nenek-nenek digituin”, kata Budhe Asih sambil ngeloyor
ke kamar mandi.
Ketika dia mau memakai selimut untuk
menutupi tubuh semoknya.
“Eitss, nggak boleh. Budhe nggak
boleh pakai ini. budhe harus bugil”, kataku sambil menarik selimutnya.
Begitu keluar dari kamar mandi
kuminta budhe nungging, lalu kujilati bokong semoknya
“Mas nakal banget siiihhh … Sekarang
kok malah bokong budhe dijilatii”.
“Aku udah nggak tahan, Budhe”.
Kusuruh dia telentang dan langsung
kubenamkan “milikku” ke dalam “milik” nenek- nenek semok itu. Kemudian kugoyang
Budhe Asih dengan penuh nafsu yang meledak-ledak. Meskipun dia sudah tak muda
lagi, tapi rasanya nikmat sekali sampai aku tak mampu menahan orgasme.
Cairanku tumpah ruah di dalam
“milik” Budhe Asih. Dengan nafas memburu aku berbaring di samping Budhe Asih.
Setelah nafas kami tenang, kami sama-sama ke toilet. Dari toilet aku dan Budhe Asih
kembali tiduran di tempat tidur sambil ngobrol-ngobrol. “Udah berapa banyak
wanita-wanita paruh baya yang mas nikmati?”, tanya Budhe Asih.
“Ah, budhe ini …”, jawabku tersipu.
“Abis mas ini aneh siihh, sukanya
sama nenek- nenek”.
Aku berterus terang padanya kalau
aku sering onani untuk melampiaskan nafsuku. Lalu Budhe Asih cerita kalau dia
pernah sekali diperkosa oleh majikan laki-lakinya waktu istri majikannya pulang
ke Singapura.
Akhirnya dapat juga aku bercinta
sama nenek- nenek yang baru ku kenal itu. Aku tidak perlu lagi cari PSK STW
karena setiap hari Minggu aku dan Budhe Asih kencan di Hotel L untuk
melampiaskan nafsu birahi kami.
KotaBugil.com Kumpulan foto vulgar dewasa terupdate gambar HD
BalasHapusNovelseks.org Koleksi cerita sex terbaru piliham terbaik
LihatMovie.com Situs nonton film bioskop online sub indo
TMK17.com Streaming nonton video bokep HD full movies
Wa/imo/line 0821.6768.3400 fiez
BalasHapusBest Casino Apps in India 2021 - JtmHub
BalasHapusJomax is an online 안산 출장안마 casino that 천안 출장마사지 was launched in 2019, a site 광명 출장안마 that features a 군포 출장샵 wide array of games 서울특별 출장안마 from the main game provider, the most recent ones